Laman

Sabtu, 12 Mei 2012

Keajaiban Sebuah Harapan


Ketika satu pintu tertutup maka pintu lain terbuka.
Namun, kita sering kali terpaku menyesali pintu yang tertutup itu,
hingga tak bisa melihat pintu lain yang terbuka bagi kita

~Alexander Graham Bell~ (Ilmuwan dan Penemu)

           
Saya dapat oleh-oleh dari acara kajian semalam. Bukan makanan yang enak, tapi kisah tentang keajaiban sebuah harapan. Awalnya saya pendam saja sebagai masukan tersendiri bagi jiwa saya. Tapi kemudian saya pikir akan punya kemanfaatan yang lebih jika saya mau berbagi. Yah, karena untuk berbagi harta saya belum cukup mampu, maka ijinkan saya berbagi cerita ini untuk Anda. Syukur-syukur bisa membuka cakrawala dan wawasan yang berbeda dalam meneropong sisi kehidupan yang penuh liku ini.

Mentor spiritual saya yang menjadi pembicara semalam tidak membawakan materi yang berat dan spesifik, hanya menceritakan kehidupan salah satu tetangganya. Sebut saja Pak Sholeh (bukan nama sebenarnya), awalnya dia dan keluarganya hidup makmur berkecukupan. Mempunyai banyak usaha, anaknya juga begitu. Salah stunya punya usaha warnet yang rame di Jogjakarta. Namun, layaknya roda, kehidupan ini berputar, tak selamanya orang merasakan hidup senang dengan harta yang melimpah.

Pada suatu waktu, usahanya bangkrut. Keluarganya menyalahkannya sebagai biang dari kebangkrutan. Walaupun masih berkumpul dengan keluarganya, tapi dia merasa ada sesuatu yang berbeda, harga dirinya sebagai kepala keluarga dipandang sebelah mata oleh istri dan anak-anaknya. Dia memang merasa bersalah, tapi perubahan sikap keluarganya yang drastis tersebut telah mengusik hatinya, membuatnya sedikit terluka. Dalam kondisi demikian, si bapak ini lebih banyak merenung sambil berpikir untuk memulai usaha lagi dari nol karena memang hartanya telah habis, telah bangkrut.

Dan..Si bapak mulai merintis kerja menjadi tukang rombeng

Pekerjaan sebagai tukang rombeng (mencari barang-barang bekas) memang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Awalnya dengan terpaksa melakukan pekerjaan itu. Tapi pelan-pelan menjadi biasa. Begitulah hari-hari melelahkan dijalaninya sambil tetap terus merenungkan diri tentang keadaan yang menimpanya. Dia lantas lebih banyak berpikir tentang eksistensi dirinya dan kekadiran akan Tuhan. Ya, dia mulai sadar bahwa selama ini jarang menghadirkan Tuhan dalam hatinya, lebih banyak lalai, lebih banyak lupa.

Nah, pada suatu waktu, si bapak ini mendaptkan uang enambelas ribu limaratus (Rp 16.500) seharinya. “Lumayan”, gumamnya sambil mengusap peluh di keningnya. Karena siang begitu terik dan diri terasa lelah, mampir ke sebuah warung untuk membeli minuman. Dalam warung tersebut, ada dua orang lelaki yang sedang asyik bermain catur. Entah apa yang ada dalam pikirannya, dia justru mentraktir keduanya minum teh botol bersama, ya, bapak tukang rombeng ini yang membayarnya.

Rupanya, salah satu lelaki itu terkesan. Berawal dari traktiran itu, salah satu bapak tersebut mengajak si tukang rombeng kerumahnya, ngobrol sana sini. Disinilah kemudian terseritakan apa yang dialami tukang rombeng itu. Termasuk cerita tentang keluarganya yang tak lagi menghargai dirinya setelah jatuh ke jurang kemiskinan. Mendengar ceritanya, hatinya pun luluh dan trenyuh. Peristiwa tak terduga berjalan spontan. Kebetulan, ada sebuah rumah yang masih kosong yang masih menunggu pembeli. Dan tukang rombeng ini disuruh untuk menempati saja tanpa harus bayar.

Subhanallah, bersyukurlah dirinya. Tentu, semuanya bukan semata-mata karena sebotol teh, tetapi karena ketulusan dan kegigihan dalam hidupnya. Rela menjalani kehidupan dengan pekerjaan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya untuk kembali mencapai kesuksesan seperti sediakala. Tak kenal putus asa, yang ada hanyalah harapan akan sebuah nasib yang lebih baik kelak kemudian. Cerita diakhiri ketika tukang rombeng sedang merintis usaha baru di sebuah rumah yang ditempatinya secara cuma-cuma.

Kawan, inilah kejaiban sebuah harapan…

Kita, tentu pernah mengalami kondisi yang pelik, kondisi dimana kadang mustahil sebuah persoalan bisa terselesaikan. Namun, karena kekuatan sebuah harapan, kita pelan-pelan toh akan bisa menyelesaikan persoalan itu. Jika tak ada harapan, bisa jadi keterputusasaan yang muncul. Orang frustasi memikirkan guncangan masalah hebat menghantui dirinya, ujungnya bisa bunuh diri. Nah, bagi Anda yang kini sedang dihimpit masalah besar. Hidupkan kekuatan harapan, hilangkan rasa putus asa dan berkeluh kesah berkepanjangan. Dan, Anda akan menjadi orang hebat kelak ketika bisa melalui liku roda kehidupan yang kurang menyenangkan ini. 

Source: www.pondokbaca.com

Tidak ada komentar: