Ketika satu pintu tertutup
maka pintu lain terbuka.
Namun, kita sering kali
terpaku menyesali pintu yang tertutup itu,
hingga tak bisa melihat pintu
lain yang terbuka bagi kita
~Alexander Graham Bell~ (Ilmuwan dan Penemu)
Saya dapat oleh-oleh
dari acara kajian semalam. Bukan makanan yang enak, tapi kisah tentang
keajaiban sebuah harapan. Awalnya saya pendam saja sebagai masukan tersendiri
bagi jiwa saya. Tapi kemudian saya pikir akan punya kemanfaatan yang lebih jika
saya mau berbagi. Yah, karena untuk berbagi harta saya belum cukup mampu, maka
ijinkan saya berbagi cerita ini untuk Anda. Syukur-syukur bisa membuka
cakrawala dan wawasan yang berbeda dalam meneropong sisi kehidupan yang penuh
liku ini.
Mentor spiritual saya
yang menjadi pembicara semalam tidak membawakan materi yang berat dan spesifik,
hanya menceritakan kehidupan salah satu tetangganya. Sebut saja Pak Sholeh
(bukan nama sebenarnya), awalnya dia dan keluarganya hidup makmur berkecukupan.
Mempunyai banyak usaha, anaknya juga begitu. Salah stunya punya usaha warnet
yang rame di Jogjakarta. Namun, layaknya roda, kehidupan ini berputar, tak
selamanya orang merasakan hidup senang dengan harta yang melimpah.
Pada suatu waktu,
usahanya bangkrut. Keluarganya menyalahkannya sebagai biang dari kebangkrutan.
Walaupun masih berkumpul dengan keluarganya, tapi dia merasa ada sesuatu yang
berbeda, harga dirinya sebagai kepala keluarga dipandang sebelah mata oleh
istri dan anak-anaknya. Dia memang merasa bersalah, tapi perubahan sikap
keluarganya yang drastis tersebut telah mengusik hatinya, membuatnya sedikit
terluka. Dalam kondisi demikian, si bapak ini lebih banyak merenung sambil
berpikir untuk memulai usaha lagi dari nol karena memang hartanya telah habis,
telah bangkrut.
Dan..Si bapak mulai
merintis kerja menjadi tukang rombeng
Pekerjaan sebagai
tukang rombeng (mencari barang-barang bekas) memang tak pernah terbayangkan
sebelumnya. Awalnya dengan terpaksa melakukan pekerjaan itu. Tapi pelan-pelan
menjadi biasa. Begitulah hari-hari melelahkan dijalaninya sambil tetap terus
merenungkan diri tentang keadaan yang menimpanya. Dia lantas lebih banyak
berpikir tentang eksistensi dirinya dan kekadiran akan Tuhan. Ya, dia mulai
sadar bahwa selama ini jarang menghadirkan Tuhan dalam hatinya, lebih banyak
lalai, lebih banyak lupa.
Nah, pada suatu waktu,
si bapak ini mendaptkan uang enambelas ribu limaratus (Rp 16.500) seharinya.
“Lumayan”, gumamnya sambil mengusap peluh di keningnya. Karena siang begitu
terik dan diri terasa lelah, mampir ke sebuah warung untuk membeli minuman.
Dalam warung tersebut, ada dua orang lelaki yang sedang asyik bermain catur.
Entah apa yang ada dalam pikirannya, dia justru mentraktir keduanya minum teh
botol bersama, ya, bapak tukang rombeng ini yang membayarnya.
Rupanya, salah satu lelaki
itu terkesan. Berawal dari traktiran itu, salah satu bapak tersebut mengajak si
tukang rombeng kerumahnya, ngobrol sana sini. Disinilah kemudian terseritakan
apa yang dialami tukang rombeng itu. Termasuk cerita tentang keluarganya yang
tak lagi menghargai dirinya setelah jatuh ke jurang kemiskinan. Mendengar
ceritanya, hatinya pun luluh dan trenyuh. Peristiwa tak terduga berjalan
spontan. Kebetulan, ada sebuah rumah yang masih kosong yang masih menunggu
pembeli. Dan tukang rombeng ini disuruh untuk menempati saja tanpa harus bayar.
Subhanallah,
bersyukurlah dirinya. Tentu, semuanya bukan semata-mata karena sebotol teh,
tetapi karena ketulusan dan kegigihan dalam hidupnya. Rela menjalani kehidupan
dengan pekerjaan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya untuk kembali
mencapai kesuksesan seperti sediakala. Tak kenal putus asa, yang ada hanyalah
harapan akan sebuah nasib yang lebih baik kelak kemudian. Cerita diakhiri
ketika tukang rombeng sedang merintis usaha baru di sebuah rumah yang
ditempatinya secara cuma-cuma.
Kawan, inilah kejaiban
sebuah harapan…
Kita, tentu pernah
mengalami kondisi yang pelik, kondisi dimana kadang mustahil sebuah persoalan
bisa terselesaikan. Namun, karena kekuatan sebuah harapan, kita pelan-pelan toh
akan bisa menyelesaikan persoalan itu. Jika tak ada harapan, bisa jadi
keterputusasaan yang muncul. Orang frustasi memikirkan guncangan masalah hebat
menghantui dirinya, ujungnya bisa bunuh diri. Nah, bagi Anda yang kini sedang
dihimpit masalah besar. Hidupkan kekuatan harapan, hilangkan rasa putus asa dan
berkeluh kesah berkepanjangan. Dan, Anda akan menjadi orang hebat kelak ketika
bisa melalui liku roda kehidupan yang kurang menyenangkan ini.
Source: www.pondokbaca.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar